Kumbang kelapa (kumbang tanduk): Oryctes rhinoceros Linnaeus (Coleoptera: Scarabidae)

  • 20:18 WIB
  • 20 May 2024
  • Super Administrator
  • Dilihat 35436 kali
Kumbang kelapa (kumbang tanduk): Oryctes  rhinoceros Linnaeus (Coleoptera: Scarabidae)
1. Biekologi O. rhinoceros
Kumbang tanduk termasuk Filum Arthropoda, Class Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Scarabedae, Genus Oryctes, Species Oryctes rhinoceros (Kalshoven 1981). Pertumbuhan dan perkembangan O. rhinoceros mengalami metamorfosis sempurna, yaitu melalui fase telur-larva pupa dan imago

Siklus hidup O. rhinoceros

Lama siklus hidup O. rhinoceros bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi lingkungannya. Lama siklus hidup hama ini mulai dari telur sampai dewasa membutuhkan waktu sekitar 6-9 bulan (Riostone, 2010). Satu imago betina O. rhinoceros menghasilkan sekitar 30-70 butir telur
(Trisno, 2021).
Larva O. rhinoceros berwarna putih agak kekuningan, memiliki bentuk silinder, gemuk, membentuk setengah lingkaran atau melengkung. Larva hidup pada bahan organic yang melapuk. Pupa berada dalam kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya (Andre et al., 2020).

2. Gejala Serangan O. rhinoceros
O. rhinoceros menempati posisi paling penting sebagai hama tanaman kelapa, dan sudah umum dikenal oleh petani kelapa. Hama ini merusak daun muda yang belum terbuka, pelepah, batang dan titik tumbuh. Imago menggerek terutama bagian sisi batang pada pangkal pelepah yang lebih rendah. Gerekannya sampai di titik tumbuh. Imago ini juga menyerang pelepah pertama pada mahkota dengan memakan jaringan tanaman yang masih muda sehingga pertumbuhan pelepah baru akan terganggu dan bentuknya tidak normal sehingga sangat mengganggu proses fotosintesis.


Tanaman kelapa terserang O. rhinoceros pada daun dan pelepah

Serangan hama ini pada pucuk/daun muda yang belum membuka mengakibatkan sebagian daun terpotong sehingga setelah daun membuka tampak seperti guntingan-guntingan atau potongan-potongan pada daun seperti huruf ā€œVā€ (Silaban, 2016). Pada tanaman muda yang berumur 2 tahun atau kurang, kumbang merusak titik tumbuh sehingga menyebabkan tanaman mati. Pada areal kebun kelapa yang baru ditanam, populasi kumbang 5 ekor per ha dapat menimbulakn kematian tanaman sebanyak 50% (Balitka, 1989).

3. Rekomendasi pengendalian O. rhinoceros
Pengendalian O. rhinoceros dilakukan dengan penerapan pengelolaan hama terpadu (PHT), yaitu melalui strategi preemtif dan responsif. Strategi preemtif adalah mengelola/memodifikasi lingkungan kebun kelapa sehingga tercipta berbagai factor penghambat perkemabangan hama ini sekaligus mengurangi berbagai factor pemicu perkembangannya. Kegiatan preemtif direncanakan dan dilaksanakan sebelum hama berkembang atau bahkan sebelum pembangunan kebun, berdasrkan pemahaman lingkungan kebun, bioekologi dan prilaku hama. Strategi responsif adalah kegiatan pengendalian yang dilakukan berdasarkan hasil monitoring hama pada agroekosistem kelapa.
Kegiatan pengendalian tersebut adalah:
a. Sanitasi
Sanitasi dilakukan dengan cara membersihkan/ memusnahkan/mengubur / menutup breeding site (tempat peletakan telur serta hidupnya larva dan pupa O. rhinocdros seperti tanaman yang mati dan membusuk.
b. Pengendalian hayati,
Pengendalian dilakukan dengan mengkonservasi/ aplaikasi entomopatogen pada breeding site sedini mungkin dan berkelanjutan sebelum munculnya hama sehingga dapat berfungsi menghambat perkembangan O. rhinoceros. Musuh alami yang sudah sering dimanfaatkan adalah, Metharizium sp, Beauveria bassiana dan nematoda Heterorhabditis sp dan Baculovirus oryctes.
c. Pengendalian secara mekanis
Mengambil kumbang dalam lubang pada bagian tanaman yang terserang kemudian membunuhnya. Alat yang digunakan dapat berupa pengait yang dibuat dari kawat/besi.
d. Penggunaan perangkap
Penggunaan perangkap dengan feromon sebagai pemikat pemerupakan salah satu alternatif yang sangat baik untuk mengendalikan O. rhinoceros Metode ini cocok dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM).
e. Penggunaan material penolak serangga (Reppelent)
Naphthalene (Kapur Barus) dapat dimanfaatkan sebagai Reppelent kumbang tanduk. Kapur Barus memiliki efektifitas yang sangat baik, kecuali apabila intensitas serangan sudah tinggi. f. Pengendalian kiwiawi Pengendalian secara kimia merupakan alternatif terkhir karena dapat menimbulkan dampak samping yang banyak. Insektisida formulasi larutan diaplikasikan dengan penyemprotan dan formulasi granular (karbofuran dan karbosulfan) dengan cara penaburan pada ketiak daun (pucuk daun).